BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Wilayah kedaulatan Indonesia membentang luas
didaerah khatulistiwa dari 94 sampai 141 Bujur timur dan 6 lintang utara sampai
11 lintang selatan.Indonesia merupakan Negara kepuluan yang terdiri dari 17.508
pulau besar dan pulau kecil serta memiliki garis pantai 81.000 km yang
merupakan garis pantai terpanjang kedua didunia.Dengan luas tesebut beserta
potensi lestari yang terkandung didalamnya,Indonesia mempunyai potensi besar
untuk mengembangkan usaha
perikanan(Anonim,2009).
Perikanan merupakan salah
usaha manusia untuk memanfaatkan sumber daya hayati perairan(aquatic
resources)yang meliputi benda-benda hidup baik itu berupa jenis
ikan,udang-udang,kerang-kerangngan,mutiara,rumput laut,dan organisme air
lainnya yang berada di perairan umum maupun di perairan laut.Salah satu usaha
manusia untuk memanfaatkan potensi sumber daya hayati perairan tersebut melalui
usaha perikanan(Anonim,2009).
Ditetepkannya udang sebagai
salah satu komoditas perikanan yang harus ditingkatkan produksinya cukup
beralasan.karena udang merupakan primadona ekspor hasil perikanan Indonesia
yang usaha budidayanya telah terbukti memiliki backward dan forward lingkage
yang cukup luas bagi aktivitas ekonomi masyarakat.Menurunnya aktivitas usaha budidaya
udang dibeberapa sentra produksi beberapa tahun terakhir ini,telah membawa
dampak yang cukup signifikan bagi menurunnya pertumbuhan ekonomi masyarakat
dibeberapa kawasan budidaya tersebut.
Beberapa upaya yang akan
dilakukan untuk meningkatkan produksi udang antara lain melalui ekstensifikasi
usaha budidaya udang pada lahan baru yang potensial,revitalisasi budidaya udang
pada lahan tambak yang terbengkalai(idle),dan melakukan pemeliharaan udang
jenis
unggul,yaitu
jenis udang yang mempunyai peluang keberhasilan tinggi dengan masa pemeliharaan
yang relatif pendek.Sedangkan untuk
meningkatkan pemasaran udang,maka peningkatan produksi harus diikuti dengan
upaya peningkatan daya saing produk melalui peningkatan mutu,pengembangan
produk bernilai tambah dan menekan biaya produksi(efisiensi).
Dan salah satu jenis
udang yang diupayakan tersebut adalah udang windu(Penaeus Monodon Fabr) yang sudah banyak dibudidayakan di
indonesia dan menjadi salah satu produk unggulan perikanan Indonesia
dipasar internasional.
1
Akan tetapi,dalam beberapa tahun
ini produk udang Indonesia yang diekspor ke luar negeri mengalami penurunan
akibat penolakan dari Negara-negara pengimpor yang disebabkan karena produk
udang Indonesia tidak memenuhi standar yang sesuai dengan ketentuan dari Negara
pengimpor.
Sehingga untuk mengatasi
permasalahan tersebut,dipandang perlunya suatu upaya peningkatan mutu produk
udang Indonesia utamanya udang windu(Penaeus
Monodon Fabr).Dan salah satu cara untuk mengatasinya yaitu dengan cara
melakukan suatu kegiatan pembenihan udang windu(Penaeus Monodon Fabr) yang tetap memperhatikan
aspek kelayakan pengembangannya sehingga dapat dihasilkan suatu produk udang
windu(Penaeus Monodon Fabr) yang
memenuhi standar produk internasional,dan dapat meningkatkan devisa Negara,serta
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pembudidaya udang windu(Penaeus Monodon Fabr).Oleh karena
itulah,perlu dilakukan praktek kerja lapang tentang teknik pembenihan udang
windu(Penaeus Monodon Fabr) untuk
mengetahui bagaimanakah teknik pembenihan udang windu(Penaeus Monodon Fabr) tersebut dilakukan.
B.Tujuan dan Manfaat
1.Tujuan
Adapun tujuan yang dicapai dengan melakukan
Praktek Kerja Lapang(PKL) antara lain:
a. Untuk
mengetahui teknik-teknik dalam melakukan pembenihan udang windu(Penaeus Monodon Fabr).
b. Untuk
mengetahui fasilitas yang digunakan pada pembenihan udang windu(Penaeus Monodon Fabr).
c. Untuk
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh secara teori agar sesuai dengan
harapan yang diiginkan yaitu berupa hasil yang memuaskan.
d. Untuk
mendapatkan pengetahuan serta keterampilan secara langsung.
2. Manfaat
Manfaat yang diperoleh setelah melakukan
Praktek Kerja Lapang(PKL)sebagai berikut:
a. Dapat
mengetahui teknik pembenihan udang windu(Penaeus
Monodon Fabr).
b. Dapat
menerakan ilmu yang diperoleh secara teori dilapangan secara
langsung.
2
BAB II
METODE PRAKTEK
A.Waktu
dan Tempat
Praktek Kerja
Lapang(PKL) ini dilaksanakan pada hari jumat,tanggal 11 Mei 2012,Pada Pukul
06.50 WIB.yang bertempat di Hatchery SUPM Negeri Bone,Desa Palette,Kab.Bone.
B.Metode
Pengambilan Data
Praktek Kerja
Lapang(PKL) ini dilaksanakan dengan cara melakukan kunjungan ke Hatchery SUPM
Negeri Bone,Desa Palette,Kab. Bone.Data yang didapatkan diperoleh dengan
melakukan Teknik Pembenihan Udang Windu(Penaeus
Monodon Fabr) secara langsung di
Hatchery SUPM Negeri Bone.
3
BAB III
PEMBAHASAN
Dari hasil praktek kerja
lapang(PKL) yang telah dilaksanakan maka diperoleh data perlengkapan dalam
pembenihan udang windu(Penaeus Monodon
Fabr) sebagai berikut:
A.Persiapan
Media
1.Persiapan Bak
Sebelum di isi air laut,bak
terlebih dahulu dicuci dengan menggunakan deterjen,kemudian dibilas hingga
bersih.Lebih baik jika dicuci lagi dengan menggunakan plapak pisang atau batang
pisang dengan cara digosok atau diusapkan-usapkan sampai menghasilkan air dan
didiamkan sampai kering supaya cairannya dapat mengikat.Tujuannya untuk
menghilangkan zat-zat beracun yang ada pada bak yang sudah dicat.Setelah
itu,bak dicuci lagi dengan menggunakan daun pisang yang kering tujuannya hampir
sama dengan plapak pisang tersebut.Kemudian dibilas dengan air tawar sampai
bersih,selanjutnya dikeringkan.
Dalam persiapan bak ada
beberapa persiapan yang harus disiapkan antara lain sebagai berikut:
Persiapan Perlengkapan Bak
Perlengkapan bak
meliputi:spuyer,selang aerasi,batu aerasi,dan pemberat.peralatan tersebut
direndam dalam larutan formalin dengan dosis 200 ppm.berfungsi sebagai
desinfekta untuk mensucihamakan penyakit.setelah direndam dalam larutan
formalin,peralatan tersebut dicuci dengan air
tawar sampai bersih. Setelah itu dikeringkan di atas bak masing-masing selama
24 jam.berfungsi memberi kesempatan kaporit bekerja untuk membunuh
kuman.setelah kering selang-selang aerasi dipasang 1,5 buah tiap m.
4
Persiapan Terpal
Sebelum terpal
dipasang,terpal dicuci dibilashinggah bersih,kemudian dikeringkan.setelah
kering terpal dipasang menutup permukaan bak,sehingga suasana dalam bak gelap
gulita.Hal ini bertujuan:
v Untuk
menghindari hujan dan sinar matahari secara langsung.
v Memberikan
suasana rangsangan yang lebih tinggi.
v Menjaga
kontaminasi dari luar.
v Menghindari
fluaktuasi.
v Menjaga
agar suhu selalu stabil.
v Memiliki
sifat fototaksispositif.
v Mempunyai
sifat nocturnal(aktif mencari makan pada malam hari).
2.Persiapan Air
Untuk
kegiatan pembenihan air yang digunakan harus air yang sudah disaring dan di
treatment.Untuk itu perlu dilakukan pengadaan air bersih,yang tahap-tahapnya
sebagai berikut:
Menyalakan pompa
Pompa
air dinyalakan dengan cara menaikkan saklar on,setelah itu tekan tombol warna
hijau,kemudian buka kerang yang ada pada pipa sambungan.
Bak pengendapan
Bak
pengendapan tujuannya untuk mengendapkan lumpur atau kotoran pada air,dilakukan
selama 1-3 hari.Cara ini ditujukan untuk mengendapkan padatan halus(terutama
partikel lempung)yang tidak terendapkan.
Filterisasi
Setelah
diendapkan selama 1-3 hari dibak pengendapan air dialirkan ke bak filter dengan
cara membuka kerang pengeluaran.Pada bak filter terdapat kerakal,arang,pasir
putih,dan kerikil yang susunannya sebagai berikut:
5
BAK I
Kerakal,arang,kerakal
|
BAK II
Kerikil,arang,pasir
putih,kerikil
|
BAK III
Kerikil,pasir
putih,arang,kerikil
|
BAK IV
|
Bak treatment
Treatment
merupakan perlakuan pada air,tujuannya untuk mensterilkan air.Sebelum air
dimasukkan kedalam bak pipa perlu diberi saringan kantong(filter bak).Untuk
mendapatkan air steril,air diberikan perlakuan EDTA(Etiline Dimetrilion Tetra
Acid) fungsinya untuk mengikat logam-logam berat,contohnya:besi.Dengan dosis 10
ppm,prosesnya selama 24 jam.Sesudah 24 jam air ini dialirkan menuju ke bak
pemeliharaan tetapi melalui sinar uv.
Setelah melakukan pengadaan air
bersih bak pemeliharaan diisi air melalui sinar uv dengan cara air dipompa
melalui hausin filter kemudian melalui lampu uv,menggunakan 3 unit lampu
fungsinya untuk mensucihamakan penyakit.Saat dimasukkan kedalam bak pada ujung
selang dipasang saringan kapas(couton filter),air siap digunakan untuk
penebaran.
6
3.Perlakuan Suhu Air
Air yang akan dipakai dalam pembenihan
sudah dimasukkan kedalam bak-bak larva Satu hari sebelum air tersebut
dipakai,kemudian ditutup dengan menggunakan terpal untuk menghindari sinar
matahari secara langsung.
B.Penebaran
Naupli
1.Aklimatisasi naupli
Sebelum naupli ditebar di bak
pemeliharaan terlebih dahulu diadaptasikan di bak pemeliharaan kurang lebih
15-20 menit.Setelah itu bak pemeliharaan diberi AL-basim dengan dosis 5-6
gram,dilarutkan di baskon dengan menggunakan air tawar yang bersih,selanjutnya
dilarutkan di bak pemeliharaan.Selanjutnya naupli di aklimatisasi tujuannya
adalah agar naupli dapat menyesuaikan dirinya dengan suasana baru dalam bak
pemeliharaan langkah kerjanya adalah sebagai berikut:
Ø Kantong
naupli diturunkan dari kendaraan pengangkut.
Ø Secara
bertahap air dari bak pemeliharaan dimasukkan ke dalam steryfoam,proses ini
dilakukan secara bertahap sehingga tidak menimbulkan stres pada naupli.
Ø Setelah
tahap diatas tersebut selesai,air yang ada pada steryfoam diaerasi.
Ø Kemasan
dibuka,kemudian naupli ditebar disteryfoam.
Ø Selanjutnya
naupli sudah siap dimasukkan ke dalam bak pemeliharaan.
Gambar 1.Aklimatisasi
Naupli
7
2.Penebaran
Setelah proses aklimatisasi
tersebut selesai,naupli ditebar di bak pemeliharaan dengan cara naupli yang
disimpan diember ditebar ke bak pemeliharaan dengan menggunakan gayung kemudian
di apung-apungkan di bak sambil diisi air sedikit demi sedikit hingga naupli
beradaptasi dengan air kolam setelah itu ditumpahkan.Jumlah naupli yang ditebar
dalam bak 450-500 ekor/m.
C.Perawatan
Dan Pemberian Pakan
1.Pemberian Pakan
a.
Pakan alami
Pakan yang diberikan dapat
berupa plankton artemia dan skeletonema yang merupakan pakan alami.Untuk
makanan larva udang stadia naupli sampai mysis yang merupakan hasil pemupukan
adalah spesies chaetoceros skeletonema didalam kolam volume 1000-2000
liter,sebelum pemberian pakan alami terlebih dahulu dilakukan kultur plankton
skeletonema dengan cara sediakan bak yang di tempatkan secara out door yang
sudah diisi air sebanyak 1 ton dengan salinitas 25 ppt setelah itu di
aerasi,sebelum plankton ditebar terlebih dahulu diberi silikat dengan dosis
10-15 gram dan pupuk NPK dengan dosis 10 gram setelah itu dilarutkan ke dalam
gayung kemudian dilarutkan ke dalam bak.Setelah kultur plankton dilanjutkan
dengan panen plankton skeletonema dengan cara membuka pipa pengeluaran pada bak
setelah itu di beri pipa sambungan pada ujung depan bak kemudian mengeluarkan
semua air medium dari bak dan menampung plankton skeletonema dari medium dengan
saringan.
(a)
(b)
Gambar 2.pengukuran
salinitas(a) dan kultur plankton skeletonema(b)
8
Untuk stadia mysis dan post
larva diberikan pakan alami berupa artemia. Sebelum larva udang diberikan pakan
alami berupa artemia terlebih dahulu dilakukan kultur artemia dengan cara kista
ditempatkan dalam wadah yang transparan dan ditetaskan dalam air tawar dengan
kepadatan tidak lebih dari 30 gram kista,wadah di aerasi selama 30 menit.Setelah
di aerasi kista disaring dengan seser atau saringan dan dimasukkan ke dalam bak
yang berbentuk kerucut yang berisi air laut dan di aerasi.Setelah itu artemia
dapat dipanen dilakukan dengan cara mematikan aerasi kemudian bak ditutup
dengan papan selama 30 menit selanjutnya diberi pipa sambungan pada ujung depan
bak dengan mengeluarkan semua air medium dari bak dan menampung artemia dari
medium dengan saringan.Pakan alami diberikan pada pukul 06.00, 14.00, 22.00.
Gambar
3.Artemia
b. Pakan
buatan
Selain
pakan alami yang diberikan untuk makanan larva udang dapat juga diberikan pakan
buatan berupa FLAKS,BP,JP,BK,dan ULTRA.Pakan buatan diberikan pada pukul 08.00,
12.00, 16.00, 20.00, 24.00.Pemberian pakan buatan dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
·
Siapkan peralatan pemberian pakan berupa
ember dan gayung serta kantong pakan.
·
Cuci ember dan gayung sampai bersih,lalu isi
air tawar 3/9 bagian dari ember.
·
Timbang/takar pakan buatan sesuai dengan yang
tertulis pada tabel pemberian pakan buatan.
·
Masukkan pakan yang telah ditakar kedalam
kantong pakan sesuai dengan stadianya: untuk stadia ZOEA gunakan kantong pakan
dengan ukuran 250 mesh,MYSIS 200 mesh,dan PL 150 mesh.
9
·
Ikat kantong yang telah berisi pakan agar
pakan tidak keluar,lalu celupkan kedalam ember sesuai bak masing-masing.
·
Gosok pakan dengan tangan sampai pakan yang
berada dalam kantong habis atau tertinggal ampasnya saja,bila telah selesai
proses penggosokan buka terpal pada bak lalu tebar pakan yang berada dalam
ember sedikit demi sedikit dengan menggunakan gayung kedalam bak pemeliharaan.Penebaran
pakan harus merata di seluruh permukaan.
·
Tutup terpal kembali dengan rapat agar tidak
ada cahaya masuk kedalam bak pemeliharaan.
·
Cuci ember dan kantong pakan sampai bersih
lalu keringkan pada tempatnya.
(a) (b)
Gambar
4.penggosokan pakan buatan(a) dan jenis pakan buatan(b)
2.Perawatan
Jika terdapat gejala serangan
penyakit,biasanya terjadi pengikisan ujung ekor,kaki renang,dan bagian depan
kepala.Pengikisan ini selalu diikuti infeksi sekunder oleh bakteri dan jamur.Pengobatan
dilakukan dengan cara pemberian anti jamur berupa TRIPLAR dan pemberian lucky
666 sebagai bakteri pengurai dengan dosis 5 gram dengan cara lucky 666 yang sudah
ditakar dilarutkan dalam ember yang berisi air dan di aerasi selama 30 menit
sesudah pemberian pakan lucky 666 ditebar di bak pemeliharaan.Selain TRIPLAR
sebagai anti jamur dan lucky 666 sebagai bakteri pengurai dapat juga diberikan
GRY sebagai obat dengan dosis 5 gram /bak dengan cara GRY yang sudah ditakar
dilarutkan dalam ember dengan ketinggian air ¾ kemudian ditebar di bak
pemeliharaan.
10
(a)
(b)
Gambar
5.Penakaran lucky 666(a) dan pemberian lucky 666(b)
D.Panen
Dan Pemasaran
1.Panen
Pemanenan larva udang pada umumnya
dilakukan secara aktif dan tidak serentak.Artinya larva udang dipanen sesuai
permintaan pasar ketika ada permintaan maka larva udang dipanen dijaring ke
petak penampungan.Panen dapat mencapai 200-500 ekor/bak,selanjutnya larva udang
ditakar menggunakan sendok takar setelah itu dihitung dengan menggunakan piring
plastik untuk gelondongan dan serok kecil untuk kasaran.Hasil hitungan langsung
dimasukkan dalam plastik pengemas dan diberi oksigen murni dengan isi 250 ekor
per plastik.Gelondongan yang sudah siap di plastik kemudian diangkut.
11
Gambar 6.Panen larva
udang windu
2.Pemasaran
Larva udang yang dijual untuk
dipelihara umumnya berumur antara post larva 12-14.Namun,terkadang dalam
pemasaran sering terdapat kendala,untuk mengatasi kendala tersebut dapat
dilakukan dengan cara benur ditakar sesuai dengan permintaan pembeli dengan
menggunakan sendok takar kemudian dihitung menggunakan piring plastik lalu
dikemas kedalam kantong plastik sebelum diikat plastiknya dengan menggunakan
karet dilakukan pemeriksaan dengan mengambil salah satu sampel maka setelah ada
kesepakatan antara penjual dengan pembeli larva udang siap untuk diangkut,adapun
harga benur yang telah disepakati Rp.23/benur atau Rp.25/benur.
12
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
1.
Teknik pembenihan udang windu(Penaeus Monodon Fabr)merupakan jenis
udang yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia dan menjadi salah satu
produk unggulan perikanan Indonesia dipasar internasional.
2.
Fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam
pembenihan udang windu(Penaeus Monodon Fabr)sebagai berikut:
·
Bak penampungan air laut
·
Bak larva
·
Bak kultur artemia
·
Bak kultur plankton
·
Bak treatment
B.Saran
Saran saya agar pada praktek kerja lapang
selanjutnya siswa dapat secara langsung memperaktikan teknik pemijahan udang
windu(Penaeus Monodon Fabr)sehingga siswa dapat mengetahui secara langsung
bagaimana proses dan teknik dari pemijahan udang windu tersebut.
13
DAFTAR
PUSTAKA
Buku jurnal
14
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………
v
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..
vi
BAB I.PENDAHULUAN…………………………………………………………………..
1
A.Latar Belakang…………………………………………………………………. 1
B.Tujuan Dan Manfaat…………………………………………………………… 2
BAB II.METODE
PRAKTEK…………………………………………………………….. 3
A.Waktu Dan Tempat……………………………………………………………
3
B.Metode Pengambilan Data…………………………………………………... 3
BAB
III.PEMBAHASAN………………………………………………………………….. 4
A.Persiapan Media……………………………………………………………… 4
B.Penebaran Naupli…………………………………………………………….. 7
C.Perawatan
Dan Pemberian Pakan…………………………………………. 8
D.Panen Dan Pemasaran……………………………………………………… 11
BAB IV.KESIMPULAN
DAN SARAN………………………………………………….. 13
A.Kesimpulan…………………………………………………………………... 13
B.Saran…………………………………………………………………………. 13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..
14
vi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar