Rabu, 11 Desember 2013
biologi rumput laut
BIOLOGI RUMPUT LAUT
A. Sifat dan Ciri-Ciri Biologis
Berikut ini dikemukakan beberapa identitas Biologi tiap Spesies ekonomis penting dari devisi yang berbeda:
1. Algae Merah
Dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk
Reproduksi sexsual dengan Karpogonia dan Spermatia
Pertumbuhannya bersifat uniaksial (satu sel diujung thallus) dan multiaksial (banyak sel diujung thallus)
Alat pelekat terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak
Memiliki pigmen fikobilon yang terdiri dari fikoeretin (berwarna merah) dan fikosianin (biru)
Bersifat adaptasi kromatik, yaitu memiliki penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna pada thalli seperti, merah tua, merah muda, pirang, coklat, kuning , hijau.
Mempunyai persedian makanan berupa kanji
Dalam dinding selnya terdapat sellulosa, agar carragaenan, porpiran dan fursoleran
Spesies ekonomis dari devisi ini adalah dari marga Glacilaria, Geledium, Hypnea gigartina dan Rhodymenia.
2. Alga Coklat
Saat bereproduksi, alga ini memiliki stadia gamet atau zoospora berulu cambuk sexsual dan asexsual.
Mempunyai pigmen klorofil a dan c, beta karotin, violasantin dan fukosantin.
Persediaan makanan (hasil fotosintesis) berupa laminaran (beta, 1-3 ikatan glukan)
Pada bagian dalam dinding selnya terdapat asam alginik dan alginat.
Mengandung pirenoid dan tilakoid (lembaran fotosintesis)
Ukuran dan bentuk thalli beragam dari yang berukuran kecil sabagai epifit, sampai berukuran besar, bercabang banyak, berbentuk pita atau lembaran, cabangnya ada yang sederhana dan adapula yang tidak bercabang.
Umunya tumbuh sebagai alga benthik
Spesies dari divisi ini adalah marga: Sargassum, Hormypesa, Turbinaria.
3. Alga Hijau
Reproduksi mempunyai stadia berbulu cambuk, sexsual dan asexsual
Mengandung khlorofil a dan b, beta, gamma karoten dan santhofil
Berwarna hijau
Persediaan makanan berupa kanji dan lemak
Dalam dinding selnya terdapat sellulosa. Sylan dan mannan
Memiliki thilakoid
Dalam plastida terdapat pirenoid sebagai tempat penyimpanan produksi fotosintesis.
Thalli satu sel, berbentuk pita, berupa membran, tabular dan kantong atau berbentuk lain.
Umumnya eukarotik, berinti satu atau banyak (Kunositik)
Bersifat bentik dan plantonik
Rumput laut yang banyak dibudidayakan adalah genus Eucheuma dan Genus Gracilaria.
Untuk memperrtahankan hidup rumput laut memerlukan:
subtrat, sebagai tempat menempel agar tetap pada tempatnya
sinar matahari
Nutrient/unsur hara, yang diserap oleh seluruh permukaan tubuhnya dari air disekelilingnya.
oksigen (O2) dan Carbon dioksida (CO2)
Perkembangan rumput laut dalam daur hidupnya dapat bersifat Vegetatif dan Generatif. Secara vegetatif dengan stek dan tunas sedangkan secara generatif dengan spora.
B. Habitat
Habitat / kondisi lingkungan yang ideal untuk perkembangbiakan Rumput Laut adalah sebagai berikut:
Perairan bersih dan jernih, kedalaman air 1 – 5 meter pada saat pasang tinggi (untuk Eucheuma)
Intensitas cahaya matahari maksimum (sampai ke dasar perairan)
Suhu air antara 20 18 0C dengan fluktuasi ≤ 4 0C
Salinitas air 28 -34 ppt (untuk Eucheuma)
Salinitas 18 -30 ppt untuk Gracilaria
Kecepatan arus air (pasang surut) antara 20 – 40 cm/dt
Bebas polusi dan pencemaran air
C. Pola Reproduksi
Pada tanaman rumput laut dikenal tiga macam pola reproduksi yaitu :
Reproduksi generatif (seksual) dengan gamet
Reproduksi vegetatif ( aseksual) dengan spora
Reproduksi fragmentasi dengan potongan thallus (stek)
Pertukaran generasi antara seksual dengan aseksual merupakan pola yang umumnya terdapat pada tanaman rumput laut, sedangkan pembiakan secara stek biasanya banyak dilakukan dalam usaha budidaya rumput laut.
a. Reproduksi Seksual
Ada tiga tipe daur hidup dalam reproduksi seksual algae yaitu:
Haplobiontik, reproduksi ini banyak terdapat pada alga hijau
Haplobiontik diploid, reproduksi ini banyak terdapat pada alga coklat
Diplobiontik, tipe reproduksi ini umumnya terdapat pada alga hijau, coklat dan merah.
Untuk reproduksi diplobiontik, dalam proses pembiakanya terdapat dua individu (fase) yang terlebat dalam daur hidup yaitu gametophyte diploid yang menghasilkan gamet dan sporophyte diploid yang menghasilkan spora. Pertemuan antara 2 gamet (jantan dan betina) akan membentuk zygot yang kemudian berkembang menjadi sporofit individu baru inilah yang mengeluarkan spora dan berkembang melalui miosis dalam sporogenesis menjadi gametofit. Isomorfik dapat terjadi apabila keduanya sama secara morfologis.
Dalam hal ini gamet jantan dan betina dapat berada dalam satu individu dari satu jenis, dan hal ini disebut biseksual atau hermaprodit.
b. Reproduksi Aseksual
Pada algae, reproduksi aseksual dapat berupa suatu individu baru melalui perkembangan spora, pembelahan sel, dan fragmentasi. Pembiakan dengan spora berupa pembentukan gametofit dari tetraspora yang dihasilkan dari tetrasporofit. Tipe pembiakan ini umumnya terdapat pada alga merah. Pada alga yang bersel tunggal (Uniselluler) setiap individu mempunyai kemampuan untuk membela diri dan membentuk individu baru. Pada algae yang multiseluler (bersel banyak) seperti Gracilaria dan Eucheuma, potongan thallusnya mempunyai kemampuan berkembang meneruskan pertumbuhannya.
c. Reproduksi Fragmentasi dengan potongan Thallus
dalam usaha budidaya rumput laut, misalnya marga Gracilaria dan Eucheuma, umumnya dilakukan dengan penyetekan sebagai bibit untuk dikembang biakkan secara produktif.
PENYEDIAAN BIBIT
Bibit dapat diperoleh dari alam maupun usaha budidaya. Bibit yang diperoleh secara alami pada daerah di sekitar perairan tersebut merupakan indikasi baik bahwa lahan dan perairan tersebut baik untuk kegiatan budidaya
A. Seleksi Bibit
Ciri-ciri bibit yang baik adalah :
Bila dipegang terasa elatis
Mempunyai cabang yang banyak dengan ujungnya yang berwarna kuning kemerah-merahan.
Mempunyai batang yang tebal dan berat
Bebas dari tanaman lain atau benda asing
B. Penanganan Bibit
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan bibit rumput laut adalah:
Bila jaraknya dekat dengan lokasi pembibitan, maka bibit rumput laut dapat diangkut dengan menggunakan sampan namun harus ditutup dengan menggunakan terpal untuk menghindari sengatan panas matahari, sehingga akan lebih baik bila diangkut pada pagi atau sore hari.
Biarkan bibit selalu basah dengan cara menyiramnya dengan air laut.
Jangan biarkan bibit terkena air hujan, minyak atau bahan kimia lainnya.
Setelah tiba di lokasi, segera dimasukkan ke dalam kandang bibit yang telah disiapkan.
Apabila bibit diangkut dalam jarak yang cukup jauh, sebaiknya dimasukkan ke dalamk kantong plastik.
Bibit ditumpuk 3 hingga 4 lapis, dan diantara tumpukan rumput laut tersebut diberi kapas atau bahan lain yang sejenis dan dapat menyimpan air. Setelah siap, kantong plastik diikat dengan tali lalu dimasukkan ke dalam kotak karton, setiap 3 jam bibit di siram dengan air laut.
PEMBIAKAN
A. Pembiakan Secara Vegetatif
Pembiakan rumput laut secara Vegetatif merupakan cara yang paling mudah dan murah, sehingga banyak dijadikan dasar dalam pengembangan rumput laut
Pembiakan dengan vegetatif dilakukan dengan memanfaatkan setiap bagian thallus tanaman, baik berupa stek maupun tunas. Salah satu kelemahan cara ini adalah perbaikan sifat-sifat tanaman tidak dapat dilakukan, karena keseluruhan sifat tanaman (baik dan buruk) menurun pada turunannya.
B. Pembiakan Secara Generatif
Pembiakan secara generatif pada rumput laut dapat dilakukan melalui spora yang dikeluarkan oleh individu/tanaman yang sudah dewasa. Dalam perkembangannya menjadi individu baru, spora membutuhkan tempat menempel (subtrat), sehingga dalam usaha membiakkannya harus disediakan subtrat tersebut.
Metode perkembangbiakan secara generatif belum banyak dikembangkan dalam usaha budidaya gracilaria, namun demikian untuk pengembangan jenis Gelidium cara ini mungkin lebih mudah, karena ukuran thallusnya lebih kecil.Teknik pembiakan secara generatif adalah :
Siapkan/ambil tanaman dewasa dari alam dan angin-anginkan selama 1-2 jam
Siapkan bak / akuarium, isi dengan air laut bersih dan tambahkan subtrat ke dlam bak atau akuarium (dapat berupa kulit kerang, jaring, balok semen, dll)
Ambil tanaman dewasa yang sudah diangin-anginkan tadi, kemudian celup-celupkan ke dalam air di dalam bak/akuarium tadi.
Amati pertumbuhan spora pada subtrat yang ada.
Apabila sudah tampak pertumbuhan spora menjadi tanaman kecil, subtrat tadi dapat dipindahkan ke lokasi budidaya
PENANAMAN BUDIDAYA
Setelah bibit disiapkan, kita ikat dengan tali rafia, dengan jarak antara tanaman 20 cm dengan berat bibit kita sesuaikan dengan metode yang akan kita gunakan. Bila menggunakan metode dasar, maka harus ditentukan jarak blok tanaman, sehingga memudahkan dalam pengawasan selama pemeliharaan, misalnya bila kita menggunakan potongan karang, maka setelah diikat dengan tali rafia, atau dengan menggunakan tali nilon kita ikatkan lagi ke batu karang ( potongan karang) dengan jarak tertentu serta sama, sehingga merip kebun di laut.
Bila kita menanam bibit tanaman tersebut dengan menggunakan metode selain metode dasar, maka sebelum pengikatan (penanaman), kita harus menyiapkan rakit-rakit yang siap tanam dan kokoh, bila rakit tersebut telah siap, selanjutnya kita mengerjakan:
Mengikat 2 – 3 tangkai bibit dengan tali rafia atau tali nilon yang ukuranya kecil
Setiap ikatan bibit digantungkan pada rentang tali plastik berjarak 20 cm
Penanaman bibit rumput laut di tambak dilakukan dengan menggunakan metode broadcast, dimana bibit ditebar di seluruh bagian tambak. Waktu penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari, untuk menghindari rumput laut dari sinar matahari.
Pada penanaman pertama, bibit rumput laut harus memiliki kualitas yang sangat baik, untuk penanaman selanjutnya bibit rumput laut dapat diambil dari hasil panen. Apabila kondisi salinitas dan alam mendukung, rumput laut tadi akan tumbuh optimal dan menghasilkan spora. Spora akan tumbuh menjadi rumput laut. Selama 4 minggu pertama, bila sudah terlihat adanya rumpun yang sangat padat, maka harus dilakukan penyebaran ulang dengan cara mengangkat bongkahan rumpun tersebut dan merobek-robek kemudian disebarkan.
Rata-rata penebaran bibit rumput laut pada awal penanaman sekitar 1-1,5 ton untuk luas areal 1 ha. Apabila pada panen pertama laju pertumbuhan perhari (DGR) tidak kurang dari 3%, atau hasil panen basah sekitar 4 kali berat bibit yang ditanam, maka pada penanaman kedua dapat ditebar dengan kepadatan menjadi 2 ton per hektar.
Kedalaman air dalam tambak harus diatur, sehingga dapat menunjang pertumbuhan tanaman dan juga meningkatkan isi kandungan rumput laut yang ditanam. Pada 4 minggu pertama, air dalam tambak supaya dipertahankan pada ke-dalaman sekitar 30 sampai 50 cm, dengan tujuan agar pertumbuhan cabang lebih cepat. Pada minggu kelima sampai minggu keenam atau ketujuh air dipertahankan pada kedalaman sekitar 50 sampai 80 cm dengan tujuan memperlambat pertumbuhan cabang sehingga tanaman dapat meningkatkan isi kandungan.
Pada musim kemarau suhu air di dasar tambak diusahakan supaya tidak terlalu tinggi dan apabila suhu air di atas normal maka kedalaman air di dalam tambak perlu ditambah, sehingga suhu di dasar tambak dapat dipertahankan pada kondisi normal.
Gb.6. Penanaman dengan menggunakan metode broadcast
4.3. Pemupukan
Pemupukan diperlukan pada budidaya rumput laut gracilaria untuk memepertahankan dan memacu pertumbuhannya. Pupuk diperlukan untuk mencukupi kebutuhan unsur-unsur hara seperti nitrogen, phosphat dan kalium. Penggunaan pupuk dalam budidaya ini akan tergantung kepada kesuburan lahan tambak dan kualitas nutrisi di dalam air tambak. Untuk itu dianjurkan dilakukan analisis kualitas tanah tambak dan kualitas air tambak untuk mengetahui kandungan nitrogen, phosphat dan kalium. Hasil analisa tersebut dapat digunakan untuk menetapkan jumlah pupuk yang perlu digunakan.
Pada prinsipnya, pada empat minggu pertama, tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi nitrogen, sedangkan dua atau tiga minggu sebelum panen tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi phosphat. Kendala yang dihadapi dalam pemupukan adalah seringnya perggantian air di dalam tambak, karena itu pupuk dalam bentuk pelet relatif lebih efektif karena dapat melepas nutrisi secara bertahap. Apabila di dalam tambak mudah tumbuh alga hijau, maka hal ini menunjukkan bahwa kandungan nitrogennya sudah cukup. Dari hasil pengamatan maka dianjurkan bahwa pada 4 minggu pertama diperlukan sekitar 10 kg/ha pupuk yang banyak mengandung nitrogen, dan ditebar secara bertahap. Sedangkan untuk 2 sampai 3 minggu berikutnya diperlukan sekitar 5 kg/ha pupuk yang lebih banyak mengandung phosphat yang ditebar secara bertahap. Penebaran lebih tepat dilakukan pada saat setelah dilakukan penggantian air tambak.
Pemeliharaan/Perawatan
Pengawasan tanaman rumput laut dilakukan dengan melakukan monitoring pada salinitas dan suhu air tambak. Untuk mempertahankan salinitas dan nutrisi baru, perlu dilakukan pergantian air. Penggantian air tambak dilakukan minimal dua kali seminggu. Pada musim kemarau pergantian air supaya dilakukan lebih sering untuk menghindari salinitas terlalu tinggi sebagai akibat dari penguapan air. Sedangkan pada musim hujan pergantian air harus diatur untuk menjaga salinitas dalam tambak tidak terlalu rendah. Karena itu pada saat pergantian air perlu diperhatikan salinitas air pada saluran utama. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan membersihkan tanaman yang tertimbun lumpur, membuang tanaman lain (rumput dan alga lainnya) serta kotoran lainnya dari dalam tambak supaya tidak mengganggu pertumbuhan rumput laut gracilaria. Ikan bandeng dapat membantu mengontrol ephipyt dan jenis alga hijau lainnya.
Laju pertumbuhan yang dianggap menguntungkan adalah diatas 3% pertambahan berat per hari. Laju pertumbuhan dihitung berdasarkan model eksponensial pertambahan berat per hari, yaitu :
PERAWATAN
Seminggu setelah penanaman, bibit yang ditanam harus diperiksa dan dipelihara dengan baik melalui pengawasan yang teratur dan kontinyu.
Pada metode dasar perawatan yang dilakukan dapat dilakukan dengan cara:
Menyingkirkan semua duri babi yang terdapat di sekitar ataupun pada tanaman
Mengusahakan tanaman bersih dari pengaruh dasar seperti pasir maupun karang-karang kecil.
Mengganti tanaman yang hilang dengan tanaman yang baru.
Sedangkan pada metode lepas dasar dan apung, pengawasan yang harus dan sebaiknya kita lakukan selama masa pemeliharaan adalah:
Selalu dijaga agar tali maupun jaring tetap baik.
Perbaiki jaring maupun tali yang rusak (bila putus harus disambung sehingga tidak mengganggu pertumbuhan.
singkirkan semua duri atau binatang lainnya.
gantilah tanaman yang hilang atau kurang sehat.
Kegiatan pengawasan dilakukan selama pemeliharaan minimal seminggu sekali. Bila kondisi perairan kurang baik, seperti ombak yang keras. Angin serta suasana perairan yang banyak dipengaruhi kondisi musim (hujan/kemarau) perlu pengawasan 2 – 3 hari sekali.
Hal lain yang mungkin perlu dilakukan adalah apabila menghadapi serangan predator yang cukup besar dapat dikuatirkan menimbulkan kerugian, maka dapat dilakukan pemagaran dengan memakai jaring, asalkan biaya memungkinkan.
PENGEMASAN BIBIT
Setelah masa pemeliharaan kurang lebih 1 bulan bibit-bibit rumput laut yang telah berkembang dapat dilakukan pemanenan. Dalam pemanenan dapat menggunakan rakit atau sampan untuk menampung hasil panen adapun cara penangan dan pengangkutan bibit sebagai berikut:
Bila jaraknya dekat dengan lokasi pembibitan, maka bibit rumput laut dapat diangkut dengan menggunakan sampan namun harus ditutup dengan menggunakan terpal untuk menghindari sengatan panas matahari, sehingga akan lebih baik bila diangkut pada pagi atau sore hari.
Biarkan bibit selalu basah dengan cara menyiramnya dengan air laut.
Jangan biarkan bibit terkena air hujan, minyak atau bahan kimia lainnya.
Setelah tiba di lokasi, segera dimasukkan ke dalam kandang bibit yang telah disiapkan.
Apabila bibit diangkut dalam jarak yang cukup jauh, sebaiknya dimasukkan ke dalamk kantong plastik.
Bibit ditumpuk 3 hingga 4 lapis, dan diantara tumpukan rumput laut tersebut diberi kapas atau bahan lain yang sejenis dan dapat menyimpan air. Setelah siap, kantong plastik diikat dengan tali lalu dimasukkan ke dalam kotak karton, setiap 3 jam bibit di siram dengan air laut
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar