Pemeliharaan Ikan
Rainbow
PENDAHULUAN
Ikan Rainbow merupakan jenis ikan hias
yang banyak diminati masyarakat karena jenis ikan ini juga dapat merupakan
komoditi eksport. Ada 2 jenis rainbow yang cukup terkenal yaitu rainbow Irian
(Melano Tacnia maccaulochi dan Rainbow Anlanesi ogilby Telmatherina ladigesi
ahl Rainbow Irian warna dasarnya keperak-perakan dengan warna gelap metalik
sedangkan rainbow Sulawesi warna dasarnya kuning zaitun, dengan warna bagian
bawah kuning jenis ikan ini termasuk ikan bertelur dengan menempelkan telur
pada tanaman air.
Rainbowfish
dominan genus dan spesies yang banyak berasal Melanotaenia nama generik mereka
dari melano Yunani kuno (hitam) dan taenia (banded). Diterjemahkan, itu berarti
"hitam-banded", dan merupakan referensi ke warna-warna yang sering
mencolok hitam lateral yang berjalan di sepanjang tubuh mereka dalam genus
Melanotaenia.
MORFOLOGI IKAN RAINBOW
Rainbowfish
biasanya kurang dari 12 cm (4,7 in) panjang, dengan beberapa spesies berukuran
kurang dari 6 cm (2,4 in), sementara satu spesies, Melanotaenia
vanheurni,mencapai panjang hingga 20 cm (7,9 in). Mereka hidup dalam berbagai
habitat air tawar, termasuk sungai, danau, dan rawa. Meskipun mereka bertelur
sepanjang tahun, mereka berbaring sejumlah sangat besar telur pada awal musim
hujan lokal. Telur-telur yanug
melekat pada vegetasi air, dan menetas tujuh sampai 18 hari kemudian.
Rainbowfish adalah omnivora, makan pada krustasea kecil, larva serangga, dan
ganggang.
PEMIJAHAN
RAINBOW
A. Persiapan sarana dan prasarana
Wadah
pemijahan
Wadah yang
digunakan untuk pemijahan rainbow dapat berupa akuarium kaca atau bak semen.
Akuarium kaca untuk pemijahan biasanya berukuran 100 cm x 50 cm x 50 cm atau 80
cm x 40 cm x 40 cm, sedangkan bak semen biasanya berukuran 1 m x 2 m x 0,5 m.
masing-masing wadah memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Penggunaan
akuarium kaca biasanya menyebabkan perubahan temperature air lebih cepat karena
volumenya yang sedikit. Untuk pengunaan bak semen biasanya temperature yang ada
cenderung stabil karena volume air yang besar. Namun perawatan pada bak semen
lebih sulit dibandingkan dengan akuarium.
2. Filter
pemijahan
Habitat ikan
rainbow yang menginginkan kondisi perairan yang mengalir mengindikasikan bahwa
ikan rainbow menginginkan perairan yang kaya akan oksigen. Untuk itu diperlukan
pompa air untuk membuat kondisi tempat pemijahan mengalir. Selain pompa
tersebut harus dilengkapi dengan filter air yang berperan untuk menyaring sisa
pakan dan feses pada perairan sehingga kualitas air yang ada tetap terjaga.
3. Substrat
Substrat
digunakan untuk menempelkan telur yang dikeluarkan induk rainbow. Seperti
habitat aslinya dimana rainbow biasa menempelkan telur pada tanaman air maupun
bebatuan. Substrat yang dapat digunakan untuk tempat menempelkan telur dapat berupa
tanaman air, seperti enceng gondok, ijuk halus atau tali raffia yang dibuat
serabut. Sebelum digunakan substrat tersebut harus dicuci terlebih dahulu agar
terhindar dari penyakit, parasit atau bahan kimia. Dari ketiga substrat
tersebut substrat yang paling baik adalah dari tali raffia. Tali raffia yang di
potong-potong sepanjang 30 cm, kemudian diikat pada salah satu ujung kemudian
disikat dengan sikat kawat sehingga berbentuk serabut memiliki kelebihan tidak
busuk dan memiliki daya lekat yang baik untuk telur. Disamping itu tali raffia
mudah diperoleh dan dapat digunakan berkali-kali.
B. Persiapan Induk
Ikan hias
dengan kualitas yang tinggi salah satunya ditentukan oleh kualitas dari induk
dan perawatan. Induk ikan rainbow dipilih lebih besar di antara kelompoknya.
Induk dipilih yang telah matang gonad. Biasanya induk yang matang gonad sudah
berumur sekitar 6-7 bulan atau panjang tubuhnya sudah mencapai 5 cm. Selain
ukuran dan umur ikan, induk yang sudah matang gonad pun dapat dilihat dari
perilakunya yang cenderung tidak ingin disaingi. Induk betina dipilih biasanya
yang perutnya membulat karena menandakan sudah siap memijah. Pada induk jantan,
warna tubuhnya cenderung menjadi lebih menarik karena merupakan sifatnya agar
induk betina tertarik. Ciri-ciri induk jantan dan betina sebagai berikut :
1. Indukan
jantan
Memiliki
gonadopodium (berupa tonjolan dibelakang sirip perut) yang merupakan modifikasi
sirip anal yang berubah menjadi sirip yang panjang
Tubuhnya
ramping
Warnanya
lebih cerah
Sirip punggung
lebih panjang
Kepalanya
besar
2. Indukan
betina
Dibelakang
sirip perut tidak ada gonopodium, tetapi berupa sirip halus
Tubuhnya
gemuk
Warnanya
kurang cerah
Sirip
punggung biasa
Kepalanya
agak runcing
Induk
ditempatkan dalam wadah yang sudah disiapkan. Perbandingan antara induk jantan
dan induk betina 1:1 atau 1:2. Kepadatannya dalam satu wadah pemijahan sekitar
satu pasang untuk setiap empat liter air. Setelah di masukkan dalam wadah
kemudian induk tersebut diadaptasikan selama kurang lebih satu hari. Dalam masa
adaptasi tersebut induk dibiarkan tanpa diberi pakan. Setelah proses adaptasi
selesai kemudian induk-induk dibersihkan dari penyakit yang mungkin terbawa
dari tempat sebelumnya. Walaupun yang dipilih merupakan induk yang sehat namun
kemungkinan penyakit atau parasit menempel masih ada.
Upaya
pencegahan atau pembersihan dapat dilakukan dengan perendaman induk-induk dalam
larutan garam dapur (NaCl), methilene blue (MB), malachhyte green (MG) atau
antibiotika. Dosis yang digunakan adalah 1 ppm. Selama masa pemijahan jangan
lupa ikan diberikan pakan. Pakan sebaiknya diberikan dalam jumlah yang cukup
dan mengandung gizi yang tinggi. Pakan yang diberikan dapat berupa cacing sutra
dan larva Chironomous sp. Selain itu induk juga dapat diberikan pakan berupa
pellet yang diperkaya karotin dan PUFA (polysaturrated fatty acid) PUFA ini
dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan dan kualitas telur serta benih
yang akan dihasilkan.
C. Proses Pemijahan
Proses
pemijahan berlangsung dengan sangat cepat dan hampir tidak diketahui.
Diperkirakan terjadi dalam keadaan gelap pada malam hari atau menjelang pagi.
Tanda-tanda induk akan memijah dapat dikenali dari sifatnya yang tampak akrab
berduaan. Warna tubuh induk jantan berubah menjadi lebih tajam (kontras). Perkenalan
induk jantan dan induk betina terkadang berlangsung lama. Mula-mula induk
jantan akan mengejar dan mendekati pasangannya. Kemudian induk betina
meiuk-liukan sirip punggung dan ekornya sampai menghadang dan memojokkan
betinanya ke substrat.
Pemijahan
rainbow yang sulit diperkirakan mengharapkan pengamatan terhadap substrat yang
dipasang untuk terus diamati. Telur yang menempel tampak berupa butiran bening
berdiameter 1 mm. Jika telah diketahui induk betina telah bertelur, maka induk dipindah pada wadah yang berbeda meskipun
induk jantan tidak memakan telurnya. Hal tersebut dilakukan agar induk tidak
mengganggu dalam penetasan telur.
Telur pada
substrat akan menetas pada hari ke lima setelah telur dikeluarkan dari
induknya. Setelah menetas larva tidak diberikan pakan karena sudah dibekali
kuning telur sebagai makanannya. Kuning telur akan habis dalam waktu 4-5 hari.
D. Perawatan Larva
Larva
rainbow memasuki masa kritis pada umur 5 hari. Pada umur ini kuning telur pada
larva akan habis, sehingga perlu ada pengganti kunig telur tersebut dengan
pakan. Pakan yang sebaiknya diberikan pada larva rainbow adalah pakan alami.
Pakan alami yang sesuai untuk larva rainbow umur 5 hari adalah infusoria.
Infusoria memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut dari larva rainbow
terutama yang mulai belajar makan.
Larva
rainbow yang telah habis kuning telurnya perlu belajar dengan memakan pakan
yang baru. Untuk melatih belajar makan tersebut maka dilakukan dengan
memberikan pakan sedikit demi sedikit. Hal tersebut sebaiknya dilakukan
sesering mungkin dengan jumlah yang sedikit demi sedikit, terutama untuk larva
yang menetas tidak seragam. Upaya itu dilakukan untuk memastikan seluruh larva
yang menetas mendapat pakan. Selain infusoria dapat digunakan pakan buatan
suspensi, yaitu pakan buatan yang disaring dengan menggunakan kain halus.
Pemberian pakan berupa infusoria dan pakan buatan suspensi ini diberikan pada
larva umur 5-6 hari. Pakan alami lebih baik dari pada pakan buatan, karena
pakan alami mampu bertahan hidup jika tidak habis dimakan oleh larva.
Pakan alami
dapat diberikan setelah larva berumur 7 hari. Pada umur 7 hari larva sudah
mulai aktif bergerak dan bukaan mulut dari larva sudah cukup untuk pakan alami
berupa artemia. Untuk mengurangi penggunaan artemia, pakan buatan berupa emulsi
pakan buatan dapat diberikan untuk mendapinginya. Artemia dan pakan buatan
dapat diberikan secara bersealang-seling, selain untuk mengurangi penggunaan
artemia juga untuk memenuhi gizi yang diperlukan oleh larva rainbow. Penggunaan
artemia dan pakan buatan emulsi dapat diberikan hingga umur larva rainbow 14
hari.
Pada umur 14
hari, larva ikan dapat diberikan pakan alami lain, yeitu cacing sutra atau
cacing rambut. Kandungan dari cacing rambut ini sangat tinggi sehingga
mendukung pertumbuhan dari larva rainbow. Untuk pengenalan pertama cacing
rambut yang diberikan sebaiknya dicacah atau dipotong-potong agar lebih efektif
dan mudah dimakan.
Untuk
menjaga kualitas air yang ada, perlu dilakukan penyiphonan pada wadah larva.
Penyiphonan dilakukan untuk membuang kotoran dari larva dan juga pakan buatan
buatan yang ada. Penyiphonan dapat dilakukan setiap 3 hari sekali. Saat
penyiphonan system aerasi dimatikan agar kotoran yang ada mengendap didasar
perairan. Stelah penyiphonan dilakukan penambahan air agar volume aira yang ada
pada wadah sama seperti semula.
Setelah
berumur 30 hari larva rainbow menjadi besar, namun warna tubuhnya masih belum
tampak. Karena ukurannya yang mulai besar, maka perlu tempat yang lebih luas
agar proses pertumbuhan tidak terhambat. Untuk itu sebaiknya dipindah ke tempat
pendederan.
PENDEDERAN
Pendederan dilakukan ketika larva
rainbow berumur 30 hari. Kepadatan larva disini sangat diperhatikan. Kepadatan
yang baik untuk larva rainbow adalah 10 ekor/l air. Pendederan dapat dilakukan
di bak semen atau akuarium. Untuk menciptakan lingkungan wadah seperti habitat
aslinya, maka sebaiknya wadah pendederan diberikan tanaman air yang berupa
enceng gondok atau kiambang. Luas areal yang ditutupi oleh tumbuhan air sekitar
setengah dari luasan kolam. Jangan sampai luasan kolam ditutupi tumbuhan air
karena jika seluruh permukaan kolam ditutupi oleh tanaman air maka suhu
perairan akan menjadi dingin.
MAKANAN DAN PENGELOLAAN KUALITAS AIR
Makanan
yang biasa diberikan dalam pemeliharaan ikan ini yaitu kutu air, cacing zambut
atau cuk. Supaya ikan dapat tumbuh dengan baik selama pemeliharaan bertelur,
air harus klop memenuhi persyaratan dan dilakukan penggantian air + 1 minggu 1
kali.
Selama pendederan pakan alami yang
diberikan dapat berupa cacing rambut dan udang rebon. Penggunaan variasi dari
kedua pakan tersebut sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dari
ikan rainbow. Selain pakan alami tersebut dapat diberikan pakan buatan berupa
pellet yang memuliki ukuran sesuai dengan bukaan mulut dari ikan rainbow.
Takaran pemberian pakan baigi anakan rainbow diperkirakan 30 % untuk pakan
alami dan 20 % untuk pakan buatan. Perbedaan ini dilakukan dengan
memperhitungkan perbedaan kandungan air dari kedua jenis pakan tersebut.
Pengelolaan kualitas air harus terus
dijaga pada masa pendederan. Penyiphonan dapat dilakukan terus selama 3 hari
sekali. Jika dirasa air yang digunakan terlalu buruk dapat dilakukan pergatian
air yang dilakukan secara perlahan-lahan. Penggantian air yang dilakukan secara
perlahan-lahan dilakukan agar ikan rainbow tidak stress menghadapi pergantian
air yang ekstrem.
Setelah 1 bulan masa pendederan,
rainbow sudah dapat dijual dengan ukuran rainbow kecil atau S (small). Untuk
mencapai ukuran sedang atau M (medium), diperlukan waktu pemeliharaan selama 1
bulan sejak rainbow berukuran S. Kwalitas
air yang diperlukan untuk kehidupan jenis ikan ini yaitu temperatur air 23 – 26
° C. Ph. air sebaiknya diatas 7. Jenis ikan ini dapat hidup dan berkembang-biak dalam
aquarium maupun bak semen. Ikan ini sudah dapat memijah setelah berumur + 7
bulan dalam ukuran 5 – 7 cm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar